Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya adalah keberagaman fauna yang tersebar dari ujung barat hingga timur Nusantara. Terdapat 270 jenis mamalia, 328 jenis reptil, 204 jenis amfibi, 280 jenis ikan, dan 386 jenis burung yang menjadi fauna endemik di Indonesia.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan fauna tersebut, siswa TK-B Maninjau, Kelimutu, dan Tondano dari Sekolah Alam Cikeas melakukan kegiatan belajar di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah. Di sana, mereka dapat mengenal dan berinteraksi langsung dengan lebih dari 200 jenis burung yang terbagi dalam dua kubah aviary.
Kubah pertama, Greater Sunda, menampilkan berbagai jenis burung dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali, seperti burung Merak, Beo, Enggang, dan Jalak Bali. Sementara itu, kubah kedua, Wallacea Sahul, menjadi rumah bagi burung-burung khas Sulawesi, Maluku, dan Papua, seperti Cendrawasih, Kasuari, Nuri, dan Maleo. Setiap burung dibiarkan berkeliaran bebas dalam lingkungan yang dirancang menyerupai habitat aslinya.
Pada hari Rabu, 22 Januari 2025, siswa TK-B Sekolah Alam Cikeas mengunjungi Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah. Mereka dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing didampingi oleh seorang fasilitator.
Kegiatan dimulai dengan menjelajahi aviary timur dan barat, di mana siswa menyaksikan langsung burung-burung yang terbang bebas di lingkungan yang menyerupai habitat aslinya. Sambil berkeliling, mereka mendengarkan penjelasan dari pemandu tentang berbagai jenis burung, warna bulunya, serta makanannya. Sepanjang kegiatan, siswa tetap berbaris rapi dan tertib agar tidak mengganggu burung-burung yang beterbangan.
Setelah sesi observasi, mereka berkesempatan berfoto bersama beberapa koleksi burung, termasuk burung Kakatua berbulu hitam dan putih serta jenis burung lainnya. Pengalaman ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang keanekaragaman burung Indonesia, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap alam sejak dini.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Amphitheater Maleo untuk menyaksikan pertunjukan burung. Sebelum pertunjukan dimulai, pemandu menjelaskan beberapa peraturan yang harus dipatuhi, seperti duduk di tempat yang telah disediakan, tidak berdiri atau berpindah tempat selama pertunjukan berlangsung, serta tidak mengangkat tangan atau mencoba meraih burung yang terbang di sekitar area. Selain itu, penggunaan kilat kamera saat memotret juga dilarang demi kenyamanan burung.
Dalam pertunjukan ini, sekitar 10 jenis burung diperkenalkan, tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi juga dari negara lain seperti Filipina, Amerika, dan Australia. Burung pertama yang tampil adalah Nuri Bayan berwarna merah-hijau serta Macaw biru-kuning yang ceria. Selanjutnya, siswa diperkenalkan dengan burung Rangkong bernama Rhino, yang memiliki paruh besar dan gemar memakan buah-buahan.
Suasana semakin menarik ketika burung Elang Jawa, yang menjadi lambang negara Indonesia, terbang gagah melintasi panggung. Pemandu menjelaskan bahwa populasi burung ini semakin berkurang dan membutuhkan perlindungan. Atraksi semakin memukau saat Elang Jawa dengan gesit mengambil daging dari tangan seorang zoo keeper, membuat seluruh siswa terkesima.
Setelah itu, pertunjukan dilanjutkan dengan Elang Bonelli dari Eropa dan burung Rajawali, yang dikenal sebagai pemburu andal di alam liar. Tak kalah mengesankan, Elang Laut Perut Putih turut tampil, memperlihatkan keunggulannya dengan penglihatan tujuh kali lebih tajam daripada manusia.
Sebagai penutup, pemandu mengingatkan kembali bahwa semua burung yang telah diperkenalkan merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang, sehingga tidak boleh dipelihara atau dimiliki secara pribadi.
Melalui pengalaman ini, siswa tidak hanya belajar mengenali jenis-jenis burung, tetapi juga memahami pentingnya menjaga kelestarian satwa Indonesia.
Oleh : Deliya Banondari Saridona